visitor





Kamis, 01 Maret 2012

I Say I Love You And Then You Go

Wammy House. Sebuah panti asuhan besar yang terletak di ujung London, Inggris (A/N : Gomen, saya ngasal). Di panti asuhan itu, anak-anak di didik untuk menjadi manusia yang akan berguna untuk bangsa kelak dengan kejeniusannya. Ya, di Wammy House itu, mereka menampun beratus-ratus anak jenius. Itu semua berkat pendidikan yang diajarkan, ada juga yang emang sudah jenius dari lahirnya.
Seorang anak laki-laki berumur lima belas tahun tengah duduk di pinggir taman. Mata hijau nya menatap setiap gerak-gerik yang dibuatnya. Matanya tak kunjung lepas dari sosok berambut pirang itu, yang tengah bermain sepak bola bersama kawan-kawannya. Rambut pirangnya terlihat basah karena keringat justru membuat efek tersendiri bagi yang melihatnya. Bibirnya mengulum senyum saat sosok yang diperhatikannya tertawa riang.
"Apa yang sedang kau lihat, Matt?" seorang anak perempuan menghampiri anak laki-laki yang dipanggil Matt itu.
"Bukan apa-apa," jawab Matt singkat. Matanya masih tertuju pada sosok yang diperhatikannya.
"Mello?" tebak si anak perempuan. Matt tersenyum.
"Kalau sudah tahu, kenapa kau bertanya Linda?" ucap Matt.
Sang anak perempuan yang dipanggil Linda balas tersenyum. "Kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu padanya saja sih? Sudah tiga tahun lebih kau seperti ini dan aku mulai bosan melihatmu seperti ini terus," cerocos Linda.
"Entahlah, aku masih belum punya keberanian," kata Matt.
"Kenapa? Hanya mengatakan 'aku suka padamu, jadilah milikku' apa susahnya?" tanya Linda.
"Kalau aku di tolak bagaimana? Kalau setelah itu aku dibenci bagaimana?" kata Matt putus asa. Linda menepuk pundak sahabatnya itu.
"Itu 'kan urusan belakangan, kau nyatakan saja dulu perasaanmu. Memangnya kau tak merasakan perasaan yang mengganjal sekarang?" tanya Linda lagi.
"Tentu saja ada. Tapi aku hanya takut ia menertawai perasaanku. Kau 'kan tahu Mello itu bagaimana," ucap Matt, matanya memperhatikan tiap tetes keringat yang mengucur deras dari pelipisnya hingga membasahi wajahnya. Senyuman kegembiraan terpampang di wajahnya, mata biru langitnya seakan bertambah cerah ketika dia berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Mello, adalah nama dari segala keindahan itu. Keindahan yang mampu membuat Matt menelantarkan PSP nya selama beberapa waktu.read more